![]() |
Pemandangan sungai di Runding ( dokpri ) |
Kampung
kecil nan terpencil itu bernama Oboh, merupakan sebuah desa yang termasuk dalam
wilayah Kecamatan Runding Kota Subulussalam.
Lima Belas Kilometer jaraknya dari pusat kota Subulussalam. Untuk sampai dikampung ini kita mesti melewati
Runding terlebih dahulu, yaitu sebuah pusat kecamatan.
Bagi
saya, kunjungan ini merupakan untuk kedua kalinya dilakukan. Kunjungan pertama
saya adalah 14 tahun yang lalu , yaitu pada tahun 2001 saat datang bersama
rombongan peserta Seminar Menyelusuri
Jejak Hamzah Fansuri dari Banda Aceh, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
Aceh Singkil bersama Fakultas Adan UIN Ar raniry Banda Aceh. Seminar ini di
buka oleh Wapres dimasa itu, yakni Bapak Hamzah Haz.
Sekilas
tak ada yang istimewa dengan kampung ini, sebuah pelosok dengan akses jalan yang
belum begitu baik. Sepanjang perjalanan kita akan melewati perkebunan warga
yang sepi dan lengang. Ada rasa-rasa takut dan was was saat melintas dijalan
ini, apalagi perjalanan ini saya lakukan sendiri. Sepanjang perjalanan saya
tidak menemukan seorang pun anak manusia yang melintas. Awalnya saya ragu-ragu
dan berniat untuk kembali, tapi rasanya perjalanan ini sudah jauh saya tempuh
dan bahkan sudah lama niat terpendam untuk datang kemari, dan tentu saya tak
ingin perjalanan ini terancam gagal hanya karena ketakutan-ketakutan kecilku.
Jika tidak karena jasad tokoh besar itu yang “bersemayam” di Kampung ini
mungkin aku sudah memacu jalan untuk kembali.
![]() |
Jalan yang membelah semak dan perkebunan (dokpri ) |
Satu-satunya
alasan orang luar berkunjung kemari adalah karena tokoh besar yang saya
sebutkan pada paragraf diatas, di Desa ini tersimpan kekayaan sejarah yang tak ternilai
yaitu salah satu Ulama Sufi terbesar dikerajaan Aceh Darussalam dahulu, yang
telah menggucang dunia dengan karya sastra besarnya terkubur disini yaitu Syeh Hamzah Fansuri.
Dulu
saat pertama mengunjungi kampung ini, akses jalan darat yang saya lalui ini
belum berwujud. Satu satunya akses warga setempat menuju kota Kecamatan, yaitu
melalui sungai. Mereka mengendarai
sampan motor yang mereka juluki dengan nama “robin”.
Sejak
dimekarkannya Kota Subulussalam dari Kabupaten induknya Aceh Singkil,
pembangunan sudah mulai menyentuh daerah-daerah pelosok ini , yang sebagian
besar berada pada aliran sungai, yakni sungai Soraya yang lebar dan mengalir
deras. Setelah melewati jalan sekira 4 km melewati semak dan hutan sampailah
kekampung ini, sebuah kampung kecil yang berada dibibir sungai.
![]() |
Sebuah dermaga perahu dibibir sungai (dokpri) |
![]() |
Gerbang Masuk ke komplek makam (dokpri) |
Tidak
jauh dari pinggir jalan desa kita akan menemukan sebuah komplek pemakaman.
Dikomplek ini sudah ada beberapa bangunan yang sudah didirikan oleh pemda
setempat seperti Mushalla dan balai peristirahatan. Ditengah tengah komplek ini
berdiri sebuah bangunan utama dimana jasad Sang Ulama besar Hamzah Fansuri
bersemayam. Meskipun jasad yang sebenarnya dimana terkubur masih diliputi
misteri, dan para ahli sejarah belum mengetahuinya pasti, masyarakat setempat
tetap yakin dan percaya di kampung kecil nan terpencil inilah Ulama Sufi
terbesar nusantara ini beristirahat dengan damai.
Harus
diakui, bahwa Hamzah Fansuri, karya-karnya bukan hanya dikenang pada zamannya
tetapi terus menjadi bahan kajian para ilmuan diperguruan sampai saat ini. Nama
Hamzah Fansuri masuk ke dalam pemikir yang tidak hanya berhasil di dalam dunia
tasawwuf, tetapi juga di dalam dunia sastra. Bahkan Prof Dr. Naguib Alatas
dalam bukunya “The Mysticcism of Hamzah Fansuri” mengatakan bahwa
Hamzah Fansuri adalah Pujangga Melayu terbesar dalam abad XVII, penyair Sufi
yang tidak ada taranya pada zaman itu. Hamzah Fansuri adalah “Jalaluddin
Rumi”-nya kepulauan Nusantara. Bahkan, menurut Naguib, Hamzah Fansuri adalah
pencipta bentuk pantun pertama dalam bahasa Melayu.
![]() |
Beberapa bangunan dalam komplek (dokpri ) |
![]() |
Bangunan tempat makam Hamzah Fansuri |
Ternyata
disini saya menemukan ramai peziarah yang sudah berdatangan, ada rombongan anak
muda yang berkelompok kecil dan ada juga rombongan besar yang terdiri dari
segala umur, lelaki dan perempuan. Sepertinya mereka adalah rombongan sebuah
keluarga besar yang sedang berziarah sekaligus memenuhi “hajat” ( Nazar )
dengan melakukan doa bersama sekaligus melaksanakan kenduri.
Setelah
berkeliling sekedarnya, saya pun berpamit kepada warga setempat untuk kembali.
Sepanjang perjalanan ini aku diselimuti rasa takjub, haru dan entah rasa apa
lagi tentang tokoh ini. Jika benar jasad penyair sufi itu terkubur disini, sungguh
hanya kesederhanaan sajalah yang kita temukan ditempat ini, walaupun saya tahu nama
besarnya telah menghiasi beribu ribu lembaran buku yang mengulas karya nya dari
zaman ke zaman. Dari Kampung Oboh, seribu misteri tentang Hamzah Fansuri belum
semuanya terpecahkan.
![]() |
Makam yang berada di komplek (dokpri) |
![]() |
Peziarah ( dokpri ) |